Semasa hidupnya abahku tipe orang yang sangat kreatif. Meskipun sudah sepuh tapi semangatnya tetap menyala. Jreng. Kami, para anak-anaknya kadang kethipel-thipel mengikuti kemauannya.

Terlahir dari keluarga sederhana, lima bersaudara. Abah memiliki kemauan yang kuat untuk maju. Itu cerita yang aku dengar dari orang yang pernah mengenal abah.

Menempuh ilmu di beberapa pesantren. Menjadi murid yang dipercaya memimpin teman-temannya. Istilahnya Lurah Pondok, menjadi bekal abah dalam melanjutkan cita-citanya. Abahku memang luar biasa.

Mengemban amanah menjadi lurah di desa kami pada tahun 1972, adalah tugas yang sangat berat. Kondisi desa yang sangat terbelakang secara ekonomi, sarana dan keagamaan, ditambah masih adanya sisa-sisa anggota PKI, menjadi tantangan yang berat. Jihad. Begitu abah meyakinkan ibu untuk menguatkan langkah.

Pelan tapi pasti, abah membuat program bagi desa kami. Banyak yang harus dikorbankan. Harta, waktu dan tenaga. Abah tak pernah mengeluh. Abah selalu yakin dengan keputusannya. Satu keyakinannya, rencana baik, berdoa dan meminta yang baik, insyaallah akan dimudahkan.

Tahun 1979 desa kami menjadi juara dalam Lomba Desa Tingkat Propinsi. Abah diundang ke Istana Negara. Bertemu Presiden Soeharto bersama Teladan-Teladan lain se-Indonesia.

Aku selalu bangga mendengar cerita ini. Abahku yang sangat bersemangat. Abahku yang seakan tidak pernah kehabisan energi. Abah dengaan rencana-rencana bearnya. Abah yang yang tak pernah menyerah. Tapi, Abah hanya menyerah saat malaikat maut menjemputnya.

Abah yang selalu menguatkan kami, bahkan setelah meninggalpun abah seperti masih mendampingi kami. Semoga abah tenang disana. Diterima amal ibadahnya, diampuni semua keslahannya. Allah berikan tempat yang terindah di sisi Nya. Amiin.

-----------------------//-----------------------

Mengenang10 tahun abah meninggalkan kami.